Oleh : Salsabila Zahra Hafifa
Awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan wabah virus yang terjadi di Wuhan, China. Puluhan orang berjatuhan dan meninggal hingga mencapai angka ribuan dalam beberapa hari. Wuhan pun menjadi sorotan. Namun tidak berapa lama kasus yang sama terjadi di Daegu, Korea Selatan, lalu Singapura dan hampir seluruh negara, tidak terkecuali Indonesia. Sampai saat ini tercatat ada 205 negara yang terkena wabah ini dengan jumlah kematian mencapai angka 45.693. Di Indonesia sendiri tercatat ada 1986 yang positif, 134 diantaranya dinyatakan sembuh dan 181 meninggal.
Virus Corona SARS-CoV-2 atau COVID-19 merupakan virus tipe Zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia. Pada manusia virus ini menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Menurut catatan World Health Orgaization (WHO) COVID-19 memiliki gejala seperti gangguan pernafasan, demam, batuk, nafas pendek dan susah bernafas. Memang gejala ini terlihat mirip dengan pneumonia namun perlu diketahui bahwa seseorang dengan gejala pneumonia belum tentu COVID-19 tapi COVID-19 sudah pasti memiliki gejala pneumonia.
COVID-19 rentan menyerang orang-orang yang berusia lanjut namun tidak menutup kemungkinan menyerang remaja atau anak-anak.
Penyebaran virus ini terjadi melalui benda, manusia maupun hewan. Lalu apa yang harus dilakukan jika merasakan gejala-gelaja tersebut dalam situasi saat ini? sebaiknya anda menghubungi hotline COVID-19 untuk memastikan kondisi anda yang sebenarnya dari pada anda melakukan self-diagnosis.
WHO percaya bahwa untuk memutuskan rantai penularan COVID-19 kita harus rutin mencuci tangan, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dan mengkonsumsi makanan yang dimasak matang.
Mengisolasi diri rumah juga terbukti efektif. Seperti di China 11 juta warganya diisolasi disamping itu melakukan deteksi dini secara massif dan memberikan informasi secara terbuka dan seluas-luasnya. Cara-cara ini terbukti bisa menurunkan jumlah kasus dan angka kematian. Tidak hanya itu China dan beberapa negara lainnya juga menerapkan Lockdown yaitu mengunci seluruh akses masuk maupun keluar dari sebuah daerah maupun negara. Kebijakan ini diterapkan di beberapa negara maju.
Disisi lain kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara berkembang, sayangnya semenjak Covid-19 merebak perekonomian Indonesia terganggu dan nilai mata uang rupiah melemah. Belum lagi kebiasaan bekerja dari rumah (Work from Home) merupakan hal baru yang membutuhkan adaptasi dan tidak semua masyarakat Indonesia memiliki perekonomian yang memadai untuk mengkarantina diri. Hidup mereka bergantung pada upah harian sehingga menimbulkan keresahan. Indonesia sendiri lebih memilih menerapkan karantina diri, serta pembatasan wilayah berskala besar, walau bisa dibilang kebijakan ini telat diambil oleh pemerintah.
Tidak bisa dipungkiri situasi saat ini penuh kecemasan dan kepanikan. Setiap orang mempunyai kondisi psikologis yang berbeda-beda, emosi yang bercampur aduk, kurang istirahat, sedih dan cemas. Menurut Lowrance Robinson yang harus sering dilakukan adalah menarik nafas dalam-dalam dan merasakan arus positif atau negative yang memasuki tubuh. Menurutnya menerima dan berdamai dengan keadaan akan membuat kita lebih mampu mengatasi stress dan cemas yang dirasakan.
Menurut American Psychological Association (APA) ada 5 cara untuk mengatasi cemas selama pandemi COVID-19 Pertama, melihat sesuatu dengan perspektif yang positif dan fikiran yang diyakini akan dapat membuat pikiran dan perasaan menjadi lebih tenang. Percaya bahwa ada hikmah dibalik semua yang terjadi. Kedua, kurangi penggunaan media sosial. Dalam situasi saat ini akan ada banyak sekali berita-berita hoax yang tersebar, untuk itu batasi penggunaan media sosial anda, namun pastikan tetap menjalin komunikasi dengan orang terdekat. Ketiga, carilah sumber informasi yang terpercaya. Anda bisa membuka web terpercaya tentang COVID-19 seperti World Health Organization dan covid19.co.id dari Kementrian Kesehatan Indonesia. Keempat, melakukan aktifitas baru. Untuk anda yang berada dirumah lakukanlah aktifitas-aktifitas menarik yang bisa meningkatkan skill anda. Atau melanjutkan hobi yang selama ini tidak bisa dilakukan. Kelima, jangan takut untuk meminta pertolongan. Jika anda merasa kecemasan serta kesedihan yang berkepanjangan atau gejala lain yang mempengaruhi kinerja serta hubungan interpersonal anda, jangan takut untuk meminta pertolongan dari psikolog atau tenaga profesional.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan daripada larut dalam kecemasan dan ketakutan, sebaiknya kita lebih waspada dengan tetap menjaga kesehatan, kebersihan, kurangi menyentuh wajah dan fokus kepada hal-hal positif serta menyenangkan selama pandemi. Dengan demikian, selain memutuskan rantai penyebaran virus secara tidak langsung kita ikut andil membantu pemerintah serta tenaga medis. Wallahu ‘Alam
Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry – Semester VIII