Oleh : Raudhatu Jannah
Beberapa bulan terakhir dunia digemparkan dengan munculnya Virus bernama Corona yang menyebabkan kematian tingkat tinggi. Sebenarnya virus ini sendiri sudah lama ada, berkembang menjadi berbagai jenis virus karena modifikasi genetiknya sehingga terbelah menjadi beberapa macam. SARS adalah virus yang pertama kali teridentifikasi di Guangzhou Cina pada tahun 2002 dan merupakan virus Corona. MERS yang teridentifikasi di daerah-daerah Timur Tengah pada tahun 2012 juga merupakan virus Corona. Dan pada akhir tahun 2019 muncullah virus baru yang terjadi di Wuhan yang belum ada sebelumnya yang lalu disebut COVID 19 (Corona Virus Disease 2019).
Daya mematikan dari masing-masing virus ini berbeda-beda. Covid-19 menempati presentase tingkat kematian paling kecil yaitu hanya 3,4%, diikuti oleh Corona SARS dengan prosentase tingkat kematian lebih tinggi yaitu 9,6 %, dan terakhir Corona MERS dengan presentase tingkat kematian mencapai 34,3 %. Hanya saja banyak sekali yang terdampak COVID-19 karena ia mempunyai tingkat penyebaran yang mudah dan cepat sehingga angka kematianpun menjadi tinggi.
Dalam Islam telah dijelaskan tentang wabah atau virus ini yang disebut dengan Tha’un, atau suatu wabah penyakit yang menular dan sudah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits berbunyi: Bila kamu mendengar wabah di suatu negeri, jangan kamu datangi. Bila wabah itu di negerimu, janganlah kamu keluar dari negerimu (HR Muslim dari Abdurrahman Ibn Auf).
Merujuk pada hadist tersebut maka muncullah beberapa istilah baru, salah satunya adalah lockdown dan #dirumahaja.
Lockdown merupakan masa-masa yang cukup berat bagi sebagian orang termasuk mereka yang menggantungkan kehidupan dari hasil kerja sehari-hari. Dan termasuk berat juga bagi sebagian orang lainnya yang terbiasa dengan kehidupan nongkrong di warkop, pertemuan dengan berbagai pihak, dinas di kantor, masuk kuliah bagi mahasiswa dan sebagainya. Semua kategori orang tersebut pada akhirnya harus melakukan anjuran dan mendengarkan perintah untuk tetap di rumah aja dan work from home (WFH).
Namun dibalik setiap keluhan yang kita dengungkan, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dimasa-masa sulit Covid-19 ini. Dari aspek kesehatan, ketika Covid-19 ini datang masyarakat menjadi lebih peduli terhadap kesehatan dan kebersihan dengan sering mencuci tangan pakai sabun. Sebelum Covid-19 menyerang, mencuci tangan pakai sabun adalah hal yang dianggap sepele dan tidak penting bagi sebagian masyarakat, namun sekarang setiap orang mulai mengkampanyekan untuk mencuci tangan pakai sabun.
Berbicara dari aspek ekonomi, mungkin banyak hal negatif yang muncul namun percayalah, sekecil apapun itu tetap ada hal positif yang bisa kita ambil pelajaran. Dalam hal ini membuat masyarakat menjadi lebih menghargai uang dan lebih berhemat, mereka tidak akan terlalu berfoya-foya seperti sebelum-sebelum ini karena sadar bahwa semua barang menjadi mahal.
Selanjutnya aspek sosial, mari kita berbicara dilingkup yang paling kecil yaitu keluarga. Covid-19 ini membuat kita semua mempunyai waktu yang lebih banyak untuk bersama dengan keluarga tercinta. Hal ini mungkin sangat sulit untuk kita wujudkan di masa-masa Covid-19 ini menerjang karena semua disibukkan dengan urusan dan pekerjaan masing-masing.
Terakhir adalah pelajaran dari aspek agama. Allah berfirman: Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar. Covid-19 memberi bukti bahwa Allah SWT telah menguji kita dengan terselipnya rasa cemas dalam diri kita dalam menghadapi musibah ini dan banyaknya jumlah kematian yang dialami oleh orang-orang negeri ini.
Sebagai orang yang beriman, kita harus percaya bahwa Allah SWT menurunkan setiap musibah adalah untuk menguji tingkat kesabaran hamba-Nya. Yakinlah bahwa Allah tidak akan menurunkan beban kepada seorang hamba kecuali hanya dengan batas kemampuan kita dalam menghadapinya. Ini adalah momen kita mendekati Rabb sang pemilik segala yang ada di bumi dan di langit, berserahlah hanya kepada-Nya dalam setiap urusan kita.
Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya (HR: Bukhari). Semoga pandemic ini segera berakhir. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry, Semester VI*