Senarai Kesehatan Mental di Era Pandemi

0
128

 

 

Oleh : Shufia Al- Humaira

Virus Corona pertama sekali muncul Wuhan, China, yang diyakini berasal wet market yang memperdagangkan hewan hewan eksotis Asia kelelawar yang diketahui memiliki DNA yang sama dengan Virus Corona. Virus ini menyerang saluran pernapasan yang dapat disembuhkan tanpa perawatan khusus. Cara pencegahan atau memperlambat terjadinya penularan virus ini adalah dengan melindungi diri sendiri dengan menjaga kebersihan.

Covid-19 telah menyebar cepat di seluruh dunia dan sangat banyak orang yang terjangkiti. Masyarakat dunia menghadapi peningkatan masalah kesehatan mental selama pandemi ini seperti meningkatnya kecemasan, stress, panik, kesepian, kehilangan pekerjaan, terganggunya finansial, berubahnya pola pikir dari kesejahteraan ke bertahan hidup, putus asa bahkan keinginan untuk bunuh diri. Masalah kesehatan mental ini sangat penting untuk diperhatikan, apabila diabaikan maka bisa berdampak pada kesehatan kondisi fisik seperti merasakan demam maupun flu.

Masalah kesehatan mental yang pertama ada pada kecemasan, dimana kecemasan akan terjadi pada setiap orang, tetapi kecemasan itu haruslah dikontrol dengan baik. Kecemasan dapat dikontrol dengan cara berfikir positif, membaca berita terbaru tentang Covid-19 di akun yang terpercaya agar menerima berita yang benar bukan hoax. Pandemi Covid-19 yang terus menerus bertambah membuat orang-orang pun semakin panik dan mengalami stress. Menurut World Health Organization (WHO), ada beberapa cara sederhana yang efektif untuk mengatasi stress selama wabah Covid-19, diantaranya menguhubungi teman dan keluarga untuk bercerita dan berbagi kebahagiaan, tanamkan gaya hidup sehat seperti makan sayur-sayuran, olahraga dan hindari merokok.

Dalam situasi ini seperti ini banyak orang merasakan kesepian dimana kegiatan yang biasanya dilakukan diluar rumah namun sekarang harus mengisolasi diri hingga wabah ini hilang. Kesepian dan isolasi sosial memiliki makna yang berbeda. Isolasi sosial adalah memisahkan diri dari beberapa orang untuk menyelamatkan diri. Sedangkan kesepian ini merujuk kepada kegiatan yang berhubungan dengan orang lain seperti kebiasaan nongkrong dengan teman di cafe, kampus maupun duduk santai di taman.
Dalam hal pekerjaan, sebagian orang kehilangan pekerjaannya. Tidak semua orang memiliki usahanya sendiri, beberapa lainnya bekerja ditempat usaha orang lain.

Dikarenakan situasi darurat saat ini, beberapa toko ditutup dan berpengaruh kepada karyawannya yang tidak dapat lagi bekerja dan menyebabkan kehilangan pekerjaan. Hal ini temtu berdampak pada penurunan income. Banyak pegusaha yang harus menutup usahanya untuk sementara dan tidak tahu kapan akan membukanya kembali.
Lalu bagaimana dengan pekerja di sektor informal seperti warung, pedagang di pasar, pedagang asongan, dan pengemudi grab, yang menggantungkan hidup dari pendapatan harian? Dalam kondisi begini mereka harus merubah pola pikir dari kesejahteraan kepada bertahan hidup. Biasanya kita melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan, melakukan hobi, berkumpul dengan teman. Sedangkan saat ini orang-orang lebih memikirkan bagaimana cara agar terhindar dari pandemi Covid-19 dan melakukan segala cara untuk bertahan hidup seperti tidak keluar rumah, selalu mencuci tangan, tidak membeli makanan diluar, minum vitamin maupun olahraga.

Dokter, perawat maupun pasien, tak sedikit juga yang putus asa karena pandemi Covid-19 yang semakin hari semakin gila-gilaan. Pada tanggal 21 Maret 2020 terdapat 271.629 orang yang terinfeksi dan 87.403 orang sembuh (Data John Hopkins University). Dari data tersebut beberapa orang mengalami masalah kesehatan mental dan beranggapan tidak ada lagi harapan dari situasi ini.

Pandemi Covid-19 terbukti meningkatkan depresi bahkan dapat memicu tindakan bunuh diri. Sudah ada 4 kasus bunuh diri (Data dari Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ), pertama, perawat asal Italy yang mengakhiri hidupnya karena dinyatakan terinfeksi Covid-19 dan takut akan menularkan pada orang lain. Kasus Menteri Keuangan Jerman, yang mengakhiri hidupnya karena bingung menangani dampak ekonomi akibat Covid-19. Ketiga, remaja asal Inggris yang merasa tertekan selama masa isolasi social, dan keempat, seorang WNA asal Korea Selatan memilih gantung diri karena merasa dirinya terpapar Covid-19.

Sangat banyak masalah kesehatan mental yang muncul ketika ketika pandemic Covid-19 ini terjadi. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara berfikir positif, mengasah kemampuan dalam mengatasi masalah, memiliki tidur yang cukup dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UINAR – Semester VIII*

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.