Covid-19 Dan Hidup Minimalis

0
233

Oleh : Muhammad Syauqi Umardhian

Dunia masih darurat Corona. Corona atau Covid-19 pertama kali muncul pada akhir Desember 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Tak lama setelah itu, World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19  sebagai pandemi. Sebelumnya dunia sudah mengalami serangan virus sejenis seperti Sars (2002), Mers (2012) dan lainnya, namun baru kali ini WHO menetapkan serangan virus dengan status pandemi. Sejak awal virus ini mewabah di China, Negeri Tirai Bambu tersebut langsung melakukan lockdown untuk menekan penyebaran virus corona. Namun dengan cepat virus ini telah mewabah di berbagai macam negara, bahkan sampai ke Indonesia.

Di Indonesia sendiri kasus pertama positif Covid-19 diumumkan tanggal 2 Maret 2020. Sampai saat ini kasus positif Covid-19 sudah mencapai belasan ribu orang dan masih terus bertambah setiap harinya. Virus Corona memang penyebarannya sangat cepat, virus ini dengan mudahnya bisa menyebar melalui air liur yang terkena pada bagian mata, hidung dan mulut, bahkan saat kita berjabat tangan. Untuk mengurangi penyebaran Covid-19 pemerintah Indonesia menghimbau dan menerapkan PSBB (pembatasan sosial bersekala besar), sekolah ditutup dan sistem belajar beralih untuk belajar dari rumah, kantor-kantor juga menerapkan WFH (work from home), segala bentuk kegiatan sosial yang berpotensi  penyebaran Covid-19 dibatasi secara besar-besaran sehingga banyak kegiatan dilakukan secara daring (dalam jaringan), bahkan tagar #dirumahaja langsung menjadi higlight di berbagai platform media.

Dengan kondisi seperti ini tentu saja menganggu perekonomian dan membuat banyak pihak dirugikan. Situasi ini seolah memaksa kita untuk harus mengubah kebiasaan sehari-hari, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus tetap menghadapinya. Selama di rumah aja sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan, saya sendiri merasa lebih memiliki waktu luang untuk melakukan berbagai macam aktifitas di rumah, seperti membaca buku, menonton tayangan televisi atau YouTube dan mempelajari hal baru. Salah satu hal menarik yang saya pelajari adalah konsep hidup minimalis.

Gaya hidup minimalis bisa diartikan sebagai instrumen untuk mengurangi excess atau hal-hal yang berlebih agar kita bisa fokus kepada hal-hal yang esensial supaya kita bisa bebas dan bahagia. Hidup minimalis bisa kita aplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk menerapkan hidup minimalis kita bisa memulainya dari hal-hal kecil, seperti barang kita sendiri. Teori paradox of choice (Barry Schwartz, 2004) menyebutkan bahwa semakin banyak pilihan maka pikiran bisa semakin gelisah bahkan stres, dan itu bisa kita lihat dari barang-barang di sekitar kita, semakin banyak pilihan barang, kita jadi semakin kesulitan untuk menentukan fokus pada barang yang benar-benar ingin digunakan.

Sedikit menceritakan pengalaman pribadi, saya sendiri memulai hidup minimalis ini dengan memilah-milah barang yang ada di kamar. Pertama dari pakaian di lemari, saya pisahkan pakaian yang sudah kekecilan dan jarang digunakan untuk dibuang atau didonasikan, kemudian menata pakaian sesuai dengan fungsinya, seperti menyatukan baju kaos santai, baju untuk berpergian, pakaian untuk beribadah, dan pakaian untuk berolahraga tersendiri, begitu juga dengan barang-barang lainnya. Barang-barang yang sekiranya sudah tidak digunakan lagi langsung saya pisahkan untuk dibuang. Setelah mengurangi barang-barang yang tidak diperlukan, lalu saya membersihkan kamar. Hal itu dilakukan untuk mengurangi visual noise atau gangguan visual, dan nyatanya setelah dibereskan pikiran pun menjadi lebih tenang.

Tidak seperti biasa, situasi Covid-19 ini membuat kita lebih memiliki waktu luang di rumah. Sehingga saya juga jadi lebih sering memperhatikan barang-barang yang ada di rumah, kemudian melanjutkan untuk membereskan dan mengurangi barang-barang di rumah bersama keluarga, seperti merapikan sepatu, merapikan tata letak peralatan di dapur, dan mengurangi seluruh barang-barang di rumah yang tidak diperlukan untuk dibuang atau didonasikan, bahkan beberapa sofa juga ikut dikurangi karena memang jarang digunakan, hal ini dilakukan sebagai penerapan awal dari hidup minimalis.

Tidak hanya tentang barang, konsep hidup minimalis ini sebenarnya sangat luas dan bisa diterapkan di berbagai aspek kehidupan, seperti sosial, bisnis dan lainnya. Sebagai contoh untuk sosial media misalnya Instagram, kita bisa memilah-milah akun yang kita ikuti, meng-unfollow akun yang tidak terlalu penting bagi kita atau bisa mengheningkan postingan akun-akun yang tidak sesuai dengan diri kita, di kehidupan sosial pun demikan, kita bisa mengurangi interaksi dengan orang yang tidak sesuai atau berpotensi memberikan pengaruh buruk untuk diri kita. Selain itu, konsep hidup minimalisme ini bisa digunakan sebagai alat untuk intropeksi diri, misalnya dari kebiasaan sehari-hari. Kita bisa memilah kebiasaan-kebiasaan yang memang baik untuk perkembangan diri dan yang buruk dan membuat diri tidak nyaman, kebiasaan yang buruk dikurangi dan yang baik bisa kita maksimalkan.

Begitulah sedikit gambarkan tentang konsep hidup minimalis yang bisa saya bagi. Pada intinya kembali kepada tujuan dari minimalis itu sendiri, tentang bagaimana kita menggunakan  minimalis ini sebagai alat untuk mengurangi hal-hal berlebih agar bisa fokus pada hal yang esensial. Sebagai seorang pemula yang menerapkan konsep hidup minimalis, saya sendiri merasakan manfaatnya, seperti membuat hidup jadi lebih tenang, memaksimalkan hal-hal yang saya miliki dan bisa lebih fokus dalam mencapai tujuan.

Covid-19 ini agaknya memang mengganggu kehidupan, namun kita sebagai manusia selalu mempunyai pilihan untuk beradaptasi dengan keadaan dan senantiasa melakukan hal-hal yang baik, semoga Covid-19 bisa segera berlalu. Berhubung sekarang beretepatan dengan bulan Ramadhan, mari sama-sama kita menjadikan ini sebagai momentum dalam berikhtiar, tidak berlarut-larut dalam keluh kesah namun tetap bisa memanfaatkan kondisi ini sebagai bahan intropeksi serta terus mempelajari hal baru untuk perkembangan diri. Wallaahu ‘alam bis shawab.

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry semester VI*

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.