Oleh : Cut Desy Diana Sari
Perkembangan virus Sars-CoV2 atau dikenal luas dengan Corona Virus Disease-19 (COVID-19) kian meningkat setiap hari nya. Pasien pertama di Indonesia terkonfirmasi sejak awal Maret 2020, update kasus pada 10 Juni 2020 telah mencapai 34.316 kasus terkonfirmasi dengan total kasus meninggal 1.959 jiwa dan angka kesembuhan 12.129 jiwa. Jumlah angka terkonfirmasi tersebut akan terus mengalami kurva pasang surut, bahkan pada 10 Juni 2020 penambahan kasus terkonfirmasi telah memecahkan rekor kasus tertinggi selama 3 bulan terakhir. Kasus-kasus terkonfirmasi akan terus bertambah jika tidak didukung oleh pola hidup sehat berdasarkan protokol kesehatan karena berkaca dari sifat virus yang sangat infeksius. Virus yang menyebar dengan cepat di Indonesia telah menjadi pusat perhatian pemerintah dalam mengambil berbagai kebijakan agar dapat menekan laju penyebaran virus ini, seperti menggalakkan kewajiban protokol kesehatan, penerapan PSBB oleh berbagai daerah hingga penutupan sementara berbagai pusat industri maupun pendidikan.
Pada akhir Mei, mulai terdengar sebuah kata baru di masyarakat, yaitu “The New Normal”. Juru Bicara Pemerintah terkait Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan new normal ialah perubahan budaya dengan bertindak produktif seperti hari biasanya, namun tetap memastikan aman dari penularan virus corona dengan menerapakan protokol kesehatan yang berlaku, selain itu beliau menambahkan bahwa new normal ini bukanlah sebuah euphoria akan kebebasan dengan mengabaikan protokol kesehatan dan tidak mengindahkan kebiasaan baru yang harus dijalankan di masa transisi ini. Pemberlakukan new normal ini untuk mengatasi krisis dari berbagai aspek seperti krisis ekonomi selama pandemik yang menyebabkan lemahnya perekonomian masyarakat. WHO telah mengeluarkan syarat sebuah Negara dapat melakukan “The New Normal” dengan 6 kriteria, yaitu:
- Penularan penyakit terkendali
- Sistem kesehatan di Negara tersebut mampu untuk mendeteksi, menguji, mengisolasi, menangani setiap kasus dan menelusuri setiap kontak
- Resiko penularan wabah telah diminimalkan terutama pada tempat dengan tingkat kerentanan tinggi seperti fasilitas kesehatan
- Tempat kerja, sekolah dan area publik lainnya telah menetapkan langkah-langkah pencegahan seperti cuci tangan, pemakaian masker, menjaga jarak maupun mematuhi etika batuk/bersin
- Resiko untuk mendapatkan kasus baru dapat dikelola
- Komunitas (masyarakat) sepenuhnya di edukasi, dilibatkan dan diberdayakan untuk menyesuaikan diri dengan the new normal
Dalam masa New Normal hendaknya tetap memperhatikan etika batuk/bersin, mencuci tangan/pemakaian handsanitizer, menjaga jarak dan menggunakan masker. Kementerian kesehatan telah mengeluarkan berbagai protokol kesehatan di transportasi maupun tempat umum. Saat kebijakan new normal mulai diberlakukan, masih banyak masyarakat yang mengabaikan protokol yang telah ditetapkan, hal ini dapat dilihat dari penggunaan masker yang tidak menutupi hidung atau mulut namun menutupi bagian leher, mengingat port de entry (pintu masuk) virus dapat melalui saluran pernapasan. Berikut beberapa kesalahan yang harus diperhatikan dalam penggunaan masker :
- Masker yang sudah rusak
- Memakai masker yang longgar
- Menggunakan masker di bawah hidung
- Melepaskan masker ketika berada dengan seseorang dalam jarak dekat (<1 m)
- Menggunakan masker yang menyebabkan susah untuk bernapas
- Menggunakan masker yang kotor maupun basah
- Berbagi/bergantian menggunakan masker dengan orang lain
Perkembangan vaksin masih dalam tahap penelitian berbagai ahli, oleh sebab itu protokol kesehatan yang telah ditetapkan seperti pemakaian masker tetap harus dilakukan untuk mengurangi laju penyebaran virus. Hal yang menjadi perhatian ialah penggunaan masker akan lebih baik daripada wajah yang tidak terlindungi sama sekali. Apalagi jika seseorang sebenarnya sudah terinfeksi virus namun tidak mengetahui/menunjukkan gejala. WHO telah mengeluarkan beberapa hal dalam memilih masker kain, sebagai berikut :
Tipe material
Pemilihan bahan merupakan langkah pertama yang penting karena filtrasi (penyaringan) dan kemampuan bernapas bervariasi tergantung pada bahan. Tingkat Filtrasi pada masker kain telah terbukti bervariasi antara 0,7% dan 60%. Ketika memilih material hendak nya diperhatikan tingkat filtrasi dan kemampuan untuk bernapas dengan baik ketika masker digunakan. Penggunaan masker kain yang berbahan elastis sebaiknya di hindari, sewaktu masker direntangkan ke wajah akan menghasilkan ukuran pori-pori yang luas dengan tingkat efisiensi penyaringan yang lebih rendah selama digunakan. Selain itu bahan elastis dapat mengalami degradasi dari waktu ke waktu dan sensitif terhadap pencucian pada suhu tinggi.
Jumlah lapisan
Jumlah lapisan minimal diperlukan tiga lapis kain untuk masker non-medis, tergantung pada kain yang digunakan. Penggunaan bahan nilon dan 100% poliester ketika dilipat menjadi dua lapisan, memberikan efisiensi penyaringan 2-5 kali lipat dibandingkan dengan satu lapis, dan efisiensi penyaringan 2-7x lipat jika dilipat menjadi 4 lapisan. Bahan yang berpori-pori seperti kain kasa bahkan dengan beberapa lapisan tidak akan memberikan penyaringan yang cukup dengan efisiensi penyaringan berkisar 3%. Penting untuk dicatat bahwa dengan adanya peningkatan jumlah lapisan, kemampuan bernafas dapat berkurang. Oleh sebab itu pentingnya memperhatikan bahan dan tingkat efektifitas dari kain tersebut.
Kombinasi bahan yang digunakan
Lapisan paling dalam dari masker merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan wajah dan lapisan terluar merupakan lapisan yang terpapar ke lingkungan. Lapis pertama (lapisan dalam) bersifat penyerap (hidrofilik) seperti katun, selanjutnya lapisan tengah berbahan non-woven seperti polipropilen atau lapisan katun yang dapat meningkatkan filtrasi, pada lapisan terluar digunakan bahan yang tidak menyerap air (hidrofobik) seperti polipropilen, poliester atau campurannya yang dapat membatasi kontaminasi eksternal dari penetrasi ke hidung dan mulut.
Bentuk Masker
Masker yang berbentuk lipatan datar atau duckbill (menyerupai paruh bebek) dirancang agar dekat hidung, pipi dan dagu pemakainya. Ketika jauh dengan wajah dan bergeser, misalnya ketika berbicara, udara internal/eksternal menembus melalui tepi masker daripada filtrasi melalui kain. Udara tanpa filter yang bergerak masuk dan keluar masker dapat dikaitkan dengan ukuran dan bentuk masker.
Penggunaan masker belum sepenuhnya efektif jika tidak didukung dengan tindakan-tindakan pencegahan lainnya. Membiasakan pola hidup sehat juga berperan penting dalam meningkatkan sistem imun tubuh. Saat kehidupan new normal mulai diberlakukan terlihat masyarakat mulai melaksanakan kegiatan seperti biasanya, termasuk olahraga diluar ruangan yang telah lama mereka tunggu. Menyikapi hal tersebut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) telah mengeluarkan panduan latihan fisik ditempat umum, yaitu :
- Sebaiknya olahraga direkomendasikan di rumah
- Pastikan sehat fisik dan fit saat melakukan latihan fisik/olahraga ditempat umum, pilih zona hijau
- Tetap jaga jarak fisik minimal 2 meter
- Jangan saling pinjam peralatan, sebaiknya menggunakan perlengkapan olahraga sendiri seperti minuman maupun barang pribadi (handuk, pakaian)
- Jangan menyentuh wajah
- Jaga imunitas (meningkatkan imunitas dengan latihan fisik intensitas sedang)
- Diperlukan anjuran dokter jika melakukan latihan fisik intensitas berat,
- Tetap menggunakan masker pada latihan fisik yang dianjurkan dengan intensitas ringan dan sedang
-
- Intensitas ringan : dapat berbicara dan bernyanyi saat olahraga
- Intensitas sedang : dapat berbicara tetapi kesulitan bernyanyi saat olahraga
- Intensitas berat : kesulitan berbicara (berbicara terbata-bata) saat olahraga
Berbagai kebijakan telah ditetapkan oleh pemerintah, dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan masyarakat mampu untuk beraktivitas dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Sehingga hakikat new normal ialah tetap melakukan kegiatan produktif dalam sebuah tatanan hidup baru yang berbasis pola hidup sehat.
*Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh*