Covid-19 For Quality Time

0
151

Oleh : Ade Yunika Harahap dan Etriya Miranda

Siapa sih yang tidak tahu dengan Virus Corona atau yang sangat populer dengan Covid-19? Ia menjadi perbincangan hangat sekaligus teror bagi manusia. Betapa tidak, ia sudah memangsa lebih dari 60.000 jiwa penduduk dunia, dan bisa diduga angka ini akan terus membengkak, serta belum ada vaksin yang bisa menghentikan aksinya.

Covid-19 menimbulkan dampak negatif khususnya bagi kesehatan mental masyarakat. Dampak psikologis yang kerap terjadi adalah rasa panik dan takut. Hal ini wajar karena panik dan takut merupakan respon alamiah yang dimiliki setiap manusia ketika merasa dirinya terancam. Namun takut dan panik yang berlebihan akan berdampak negatif bagi diri sendiri dan orang lain, seperti pada masa-masa awal penerapan social distancing, banyak alat bantu kesehatan –masker dan hand-sanitizer—yang hilang dari pasaran serta harga-harga bahan pokok yang ikut meroket.

Menurut Samuel Paul Veissière, seorang ilmuwan cognitif, ketakutan yang berlebihan bisa menimbulkan resiko sosial, ekonomi, dan psikologis yang bisa hadir tanpa disadari. Untuk itu diperlukan kontrol emosi yang baik berupa penanaman sikap positif salah satunya dengan tetap melakukan aktivitas yang memberikan manfaat positif bagi tubuh meskipun aktivitas tersebut dilakukan di rumah.

Sejatinya jika kita lihat dari sudut pandang yang lebih luas, pandemi ini juga memberikan dampak positif salah satunya kita menjadi lebih tahu arti menjaga kesehatan, sensitif pada menu diet yang baik untuk kesehatan, peduli pada vitamin dan peningkatan imunitas tubuh.

Secara lebih spesifik beberapa hal positif lainnya adalah, pertama, meningkatkan rasa peduli pada kesehatan. Masyarakat akan cenderung lebih memperhatikan hal-hal yang biasanya dianggap remeh. Dalam kacamata Filsafat Positivistik, manusia tidak akan menaruh perhatian, menghargai atau mengingat sesuatu kecuali setelah hal tersebut hancur atau hilang (August Comte)

Sebagai contoh orang yang mengidap penyakit diabetes akan lebih memperhatikan kadar gula pada makanan yang dikonsumsi. Sama seperti mereka yang tidak memiliki tangan atau kaki, maka akan sangat menghargai kebebasan bergerak.

Kedua, Solidaritas Sosial. Pandemi telah mempersatukan teman dan  keluarga, serta rasa solidaritas sesama. Bencana alam biasanya menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas. Sejak pandemi ini muncul masyarakat dunia telah mengorganisasikan tindakan pencegahan dengan kerja sama yang belum pernah ada sebelumnya. Banyak negara-negara di dunia mulai bergotong-royong, bekerja sama dengan negara lainnya. Pandemi Covid-19 telah membuat semua orang fokus pada hal yang sama dan menyadari pentingnya koordinasi serta kerja sama.

Bahkan, bukan hanya dalam skala besar, di antara individu, tingkat kepedulian terhadap sesama juga makin tinggi. Misalnya banyak orang saat ini rela membantu orang lain mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi mereka yang lemah. Seperti Pak Geuchik yang menerapkan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah warga.

Ketiga, istirahat bagi bumi. Peningkatan stres kerja pada masyarakat, sikap yang terlalu individualisme, hingga polusi dan polarisasi yang meningkat, seolah menjadi bukti bahwa manusia terlalu sibuk bekerja. Pandemi ini membantu kita mengambil jeda dari kerja keras dan produktivitas berlebih.

Di saat-saat seperti ini semua orang memiliki waktu lebih untuk beristirahat, menjalankan hobi, hingga merawat diri. Pada akhirnya manusia lebih menghargai diri sendiri dan orang lain yang berpotensi mengurangi tingkat stres. Ketika social distancing diterapkan di seluruh dunia, bumi pun kembali punya waktu untuk memperbaiki kualitas udaranya.

Keempat, Family time. Biasanya waktu untuk berkumpul bersama keluarga hanya sedikit, apalagi bagi perantau yang hanya bisa berkumpul bersama keluarga ketika waktu lebaran. Pandemi ini telah memaksa kita untuk tetap berada di rumah yang artinya memiliki waktu ekstra bersama keluarga di rumah. Kita bisa menghabiskan waktu untuk bercanda dan berbagi cerita serta saling membantu dalam menunaikan pekerjaan-pekerjaan rumah. Selama ini kesibukan kerja dan aktivitas masing-masing anggota keluarga telah membuat kita tidak bisa melakukan hal-hal tersebut  bersama-sama.

Bagi kita saat ini mungkin sulit untuk melihat dan menerima hal-hal bermanfaat yang kita dapatkan selama masa social distancing ini. Namun hal penting satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah mengurangi penyebaran virus dengan tetap berada di rumah. Kita melakukan hal tersebut bukan hanya untuk menyelamatkan diri sendiri, tetapi untuk saling menjaga dan menyelamatkan hidup seluruh komunitas.

Mari tetap bersyukur pada masa-masa yang sulit ini demi mengingat banyak juga sisi positif yang bisa kita dapatkan. Allah SW selalu siapkan matahari di waktu pagi setelah usainya malam yang gelap gulita. Jangan lupa bahagia.

Penulis adalah

*Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Semester VI. Menginspirasikan dari kota Banda Aceh*

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.