Stay Awake Hadapi Covid-19

0
88

Oleh : Asti Apriliani dan Meli Ana Silfiia

Mari kita berkenalan dengan Covid-19, suatu sindrom yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem pernafasan yang dalam istilah medisnya disebut dengan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus. Namanya lalu popular dengan istilah Virus Corona atau Covid-19. Sindrom Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019 dengan banyaknya korban jiwa, ribuan orang terinfeksi bahkan meninggal. Virus ini menyebar dengan cepat dan menyerang siapa saja.

Covid-19 adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernafasan, baik yang bersifat infeksi ringan seperti flu, ataupun yang bersifat berat seperti pneumonia. Gejala umumnya adalah demam dengan suhu 38 celcius, batuk-batuk dan juga sesak napas. Gejala ini muncul dalam rentang waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah terpapar virus.

Beberapa mitos terkait Covid-19 seperti ia menular via udara, mereka yang terpapar bisa pingsan tiba-tiba, ia menular melalui tatapan mata, mereka yang terpapar pasti akan meninggal, ia tidak tidak menyerang balita, dan hewan peliharaan dapat menjadi mediator penyebaran virus ini. Semua itu adalah mitos. Faktanya virus menular melalui transmisi droplet yang terjadi saat penderita batuk-batuk atau bersin. Makanya untuk melindungi diri kita dianjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, dan virus Corona dapat menyerang siapa saja, segala usia, dan belum ada bukti bahwa hewan bisa menjadi media penyebaran virus.

Karena itu, sebagai tips-nya, mari menjaga jarak sejauh satu meter dengan orang lain (physical distancing), jauhi keramaian, hindari kontak dengan orang yang sedang sakit, rajin mencuci tangan pakai sabun, gunakan masker bagi yang sehat maupun sakit untuk melindungi mulut dan hidung, tetap berada di rumah kecuali harus keluar untuk kebutuhan medical treatment serta rutin membersihkan barang atau benda yang sering digunakan.

Dalam situasi darurat Covid masyarakat Indonesia terkadang melakukan hal yang kurang terpuji seperti penimbunan masker untuk mencari keuntungan sendiri, mendiskriminasikan tenaga medis di lingkungan tempat tinggal karena takut tertular virus, menaikkan harga bahan makanan dasar secara gila-gilaan  atau juga melanggar seruan untuk tetap tinggal di rumah. Dampak dari tindakan ini tidak hanya berpulang kepada pelaku tetapi juga kepada seluruh anggota masyarakat.

Karena itu sangat penting adanya kesadaran diri dari setiap kita. Kesadaran diri atau self-awareness adalah topik psikologis yang sering kita dapati di berbagai media. Self-Awareness adalah keadaan mental di mana isi kesadaran seseorang mengacu pada aspek pengetahuan tertentu tentang diri sendiri. Kesadaran diri juga dianggap sebagai ciri khas pikiran manusia. Singkatnya kita dapat mengatakan bahwa kesadaran diri adalah kesadaran akan diri sendiri, dengan diri sendiri, yang membuat identitas seseorang menjadi unik, termasuk pikiran, pengalaman dan kemampuan kognitifnya. Kesadaran diri yang rendah akan menghasilkan banyak sekali dampak negatif dalam kehidupan seseorang. Terkadang orang cenderung meremehkan dampak Covid karena mengira yang terkena hanya orang lain, bukan dirinya sendiri.

Di tengah emergency Covid ini semua kita harus mempunyai kesadaran diri agar kita dapat melewati wabah yang sedang terjadi ini dengan baik. Dalam observasi kami, hingga saat ini kesadaran diri masyarakat Indonesia, tidak terkecuali di Aceh, masih sangat minim. Kita juga masih dengan mudahnya menemukan beberapa oknum yang lebih mementingkan diri sendiri dengan mencari keuntungan pribadi dalam suasana emergency begini.

Disini kami ingin mengajak kita semua masyarakat Indonesia untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kesadaran diri agar lebih peka terhadap situasi yang terjadi sekarang ini melalui beberapa langkah berikut, pertama, kita harus meyakinkan diri akan pentingnya kesadaran diri, kedua, kita harus pandai mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan dari kesadaran diri itu, ketiga, selalu melakukan introspeksi diri (muhasabah) menilai mana yang baik dan mana yang buruk dari apa yang terjadi, keempat, melihat lebih dalam situasi yang sedang terjadi di sekeliling kita, dan terakhir, berserah diri kepada Allah SWT. Wallaahu ‘Alam.

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh*

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.