PA Terapkan Politik Etis

0
131

Menurut Chairul, Aceh tidak terlalu seksi secara nasional. Pemilih Pilpres di Aceh hanya di kisaran 3,34 juta jiwa. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan pemilih di Jawa Tengah yang mencapai 27 juta jiwa dan Sumatera Utara 9,8 juta jiwa. Kalkulasi itu menegaskan peran suara pemilih di Aceh tidak begitu signifikan di Pilpres secara nasional.

Menurut Chairul Fahmi, fenomena Partai Aceh (PA) mendukung Prabowo-Hatta lebih dilihat sebagai politik etis dan konsekwensi logis dari dukungan Prabowo untuk PA pada Pilkada 2012.

Secara historis dan relasi politik, PA tidak mempunyai relasi dengan PDI-P. Sebaliknya, Gerindra dan Prabowo mempunyai relasi dengan PA, khususnya dukungan Prabowo dan PA pada Pilkada 2012. Jadi sikap dan dukungan PA kepada Prabowo dan Gerindra merupakan konsekuensi logis dari dukungan Prabowo untuk PA sebelumnya, kata Chairul kepada Serambi menanggapi laporan khusus yang diturunkan koran ini edisi Senin 9 Juni 2014 berjudul PA Pecah di Pilpres.

Menurutnya, posisi Muzakir Manaf sebagai Ketua Umum PA yang merangkap jabatan sebagai Ketua Dewan Penasehat DPW Gerindra Aceh juga menjadi faktor bahwa pilihan untuk menyokong Prabowo merupakan bentuk konsekuensi dari jabatan yang diembannya.

Sebaliknya, jika Muzakir Manaf mendukung Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung oleh PDI-P merupakan praktik inkonsistensi dan cenderung tidak memiliki integritas terhadap Gerindra dan Prabowo, tegasnya.

Chairul mengungkapkan, terkait terbelahnya dukungan PA di Pilpres dengan fakta Zaini Abdullah dan Zakaria Saman mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, dinilai sesuatu hal yang konstitusional. Siapapun, kata dia, sebagai warga negara dapat menentukan pilihan yang berbeda satu sama lain. Namun secara politis, kata Chairul, pilihan elite PA yang berbeda dalam mendukung pasangan capres-cawapres menunjukkan sikap elite PA yang terpecah. Kondisi ini membuat PA akan melemah pada Pemilu 2019 mendatang, karena tidak mampu menunjukkan sikap yang sama sesama elite, dan pasti akan berpengaruh pada kader di level bawah. Ini juga dapat berpotensi pada perpecahan antara gubernur dengan wakil gubernur dalam politik lokal serta dalam pengelolaan pemerintahan Aceh, ujar Chairul.

Chairul menegaskan, di sisi lain, dukungan politik yang berbeda pada Pilpres antara Ketua Umum PA, Muzakir Manaf dan kalangan Tuha Peut PA yang dimotori dr Zaini Abdullah dan Zakaria Saman, dinilai juga sebagai wujud mencari relasi politis di kedua kubu, baik Prabowo maupun Jokowi. Sikap politik ini dianggap menguntungkan karena siapapun pemenangnya nanti, PA tetap mempunyai relasi politik dengan pemenang, baik secara personal juga organisasi partai.

Hal ini menunjukkan PA tidak berani mengambil posisi sebagai oposan pemerintah pusat, jika pilihan politiknya kalah. Kondisi ini juga dialami Golkar dan Demokrat, di mana kader dan elitenya berada pada kedua kandidat capres, Prabowo dan Jokowi, tegasnya.

Tapi pemilih harus tetap melihat, pasangan capres mana dalam visi dan misinya lebih besar memberi dampak untuk Aceh, itu yang jauh lebih penting, demikian Chairul

Sumber : Serambinews.com

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.