Jumat, 29 Juli 2016, Aceh institute (AI) mengadakan strategic planning di Kota Sabang. Kegiatan ini berupa rapat executives baru tentang pemantapan nilai dan membahas pengalaman dan tantangan yang dihadapi oleh AI di masa lalu maupun yang akan datang.
Dalam kesempatan ini pula, Fajran Zain menggantikan Fuad Mardhatillah selaku Direktur AI, memberikan pandangan bahwa AI harus mampu menjadi the Axis of Change (poros perubahan) dalam menciptakan budaya keilmuan dan tradisi kritis dalam masyarakat Aceh melalui keterlibatan aktif komunitas intelektual yang independen, berintegritas, dan responsive terhadap dinamika dalam masyarakat, sesuai dengan visi AI sendiri.
Dalam kesempatan ini, hadir pula mantan direktur AI sebelumnya, Chairul Fahmi. Ia menjelaskan tentang Laporan Peninjauan Ulang Kapasitas Kelembagaan The Aceh Institute (Desember, 2014) dengan metode Organizational Capacity Performance and Assessment Tool (OCPAT) yang disusun oleh lembaga YAPPIKA (Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi). Dalam penjelasannya, OCPAT terdiri dari enam komponen yaitu: Orientasi Organisasi, Kinerja Organisasi, Tata Kepengurusan, Keberlanjutan, Manajemen Organisasi, dan Manajemen Program. Dalam skor 1 (Buruk) hingga 4 (Baik), kinerja organisasi menunjukkan skor 3,07 (cukup). Kepercayaan public terhadap AI terbukti dengan meningkatnya peminat Sekolah Riset dahulunya, buku-buku produk AI, pengguna hasil riset AI , dan kerjasama dengan berbagai jaringan baik pada level lokal, nasional maupun internasional. Dalam konteks manajemen program, skor menunjukkan angka 3,44 (baik).
AI melibatkan penerima manfaat maupun pihak lain yang berkepentingan terhadap hasil kerja AI pada tahapan perancangan, pelaksanaan dan monev program. Berbagai produk hasil kerja AI dirasa telah mampu memberikan warna dan cara pandang baru tentang Aceh. Dalam hal tata kepengurusan, skor menunjukkan 3,19 (cukup) yang diindikasikan dengan perampingan terhadap struktur pelaksana/eksekutif menjadi divisi advokasi dan jaringan, serta divisi riset dan publikasi. Hal ini bersandar dari hasil analisis kebutuhan yang dipengaruhi oleh keberadaan SDM, efisiensi jabatan dan keterbatasan sumber pendanaan. Dalam orientasi organisasi, skor menunjukkan angka 3,13 (cukup). Hal ini tidak lepas dari muatan tiga komponen sebelumnya yang mempengaruhi orientasi organisasi. Lagipula, filosofi AI dari merespon isu-isu yang berkembang semakin bergerak untuk menciptakan isu sendiri yang sesuai dengan fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam hal keberlanjutan organisasi, skor menunjukkan angka 3,02 yang dipengaruhi oleh komponen-komponen sebelumnya dan sumber pendanaan organisasi. Selain itu, program-program yang mendukung keberlanjutan juga digelar seperti Sekolah Riset AI dan penggalangan dana dalam program-program lainnya. Yang terakhir, komponen manajemen organisasi menunjukkan skor 2,98 (cukup). Selain dampak dari komponen-komponen sebelumnya, hal ini pula dipengaruhi oleh manajemen keuangan yang transparan dan manajemen konflik yang mumpuni, baik di ranah internal maupun eksternal. Selain pemaparan tersebut, analisis SWOT terhadap kekuatan dan kelemahan internal AI juga dilakukan guna mendukung program dan kegiatan yang akan dilakukan ke depannya.
Hal ini pula terkait dengan perubahan struktur manajemen organisasi yang lebih ramping dan efisien. Dalam hal ini, Era Khaidir, Fatmawati, dan Nasrul Rizal akan berada di bawah manajemen Marlina sebagai Senior Operational Manager. Rizkika Lhena Darwin dan Danil Akbar Taqwadin masing-masing akan mengelola Sub-divisi survey dan publikasi, serta pool of experts di bawah manajemen M. Syuib Hamid. Muazzinah Yacob dan Ismarramadhani masing-masing juga akan mengelola bidang partnership dan analysis di bawah manajemen Saiful Akmal. Selain divisi-divisi tersebut, pengelolaan web akan berada di bawah tanggung jawab Arif A. Ghafur dan Irfandi Jailani, serta Sekolah Riset yang akan dikelola secara bersama. Harapannya, struktur ini akan memberikan warna baru bagi perkembangan AI ke depannya. Hematnya, AI akan berupaya terus meramaikan dinamika keilmuan dan mendorong penguatan kapasitas masyarakat, terutama Aceh. Kondisi organisasi yang dinamis memberikan pengalaman penting bagi AI untuk terus bergerak ke depan. Berbagai program dan kegiatan yang pernah dilaksanakan sebelumnya seperti riset sosial-politik-ekonomi, balee seumike dan penerbitan jurnal Seumikee akan kembali diwacanakan. Harapannya spirit sebagai axis of change akan mampu terus memberikan kontribusi bagi masyarakat Aceh, nasional maupun global.