Oleh : M. Ridha Muridillah
Covid-19 (corona), adalah penyakit yang baru saja di temukan pada akhir Desember 2019. Wabah virus ini menyebar sangat cepat hingga tidak ada satupun Negara yang dapat memastikan terhindar dari wabah covid-19. Pada Jum’at pertanggal (26/04/2020) pemerintah Indonesia mengumumkan jumlah pasien yang terjangkit positif corona ialah 8.882 kasus, sedangkan yang berhasil disembuhkan sekitar 1.107 jiwa, dan yang meninggal tercatat sebanyak 743 jiwa. Kasus saat ini semakin bertambah jumlahnya dari 2 hari yang telah lalu yaitu sekitar 7.775 jiwa positif covid-19. Hal inilah yang membuat sebagian masyarakat di Indonesia sangat khawatir terhadap covid-19 dan memilih untuk dirumah saja,namun pada tempat lain juga masih banyak masyarakat yang ngeyel dan masih mengacuhkan himbauan pemerintah dan memilih untuk tetap berada ditengah-tengah keramaian. Justru ini yang membuat virus tersebut sangat cepat menyebar luas kepada siapapun. Hampir disetiap benua terpapar oleh virus corona ini seperti Asia, Eropa, Australia, Afrika dan Amerika sebaiknya masyarakat bisa melihat dari data baik yang dipublis oleh IDI maupun dari pemerintah lalu kemudian masyarakat bisa aware dan mulai berusaha untuk mencegah menyebarnya virus tersebut (CNN Indonesia, 26/04/2020)
Wabah Covid-19 tidak hanya menyebabkan korban yang begitu banyak, namun juga memberikan dampak lain, terutama pada perekonomian global. Wabah Covid-19 menghantam seluruh sektor yang ada, mulai dampak level tinggi maupun dampak level rendah. Pemerintah Negara-negara di seluruh dunia sudah mengeluarkan paket-paket kebijakan ekonomi yang masif utk mengatasi hal ini diantaranya penurunan suku bunga, pencetakan uang besar-besaran (quantitative easing), relaksasi kebijakan kredit, dan sebagainya. Namun karena penyebab utamanya masih belum selesai, oleh karenanya solusi-solusi diatas bisa bersifat sementara di sektor pariwisata misalnya, apabila wabah ini berlangsung lama, maka tidak dipungkiri nantinya kita akan melihat banyak bisnis terkait sektor pariwisata akan gulung tikar.
Namun, ada situasi asam manis yang dirasakan sektor saham, mulai dari investor yang telat melepas saham-saham nya ketika awal gejolak Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai turun, sampai IHSG terjun bebas menyentuh harga terendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (belajarsaham.com, 2020). Akan tetapi hal ini justru merupakan kabar mengembirakan bagi investor-investor yang ingin membeli saham perusahaan yang bagus dengan harga yang murah. Mengutip dari salah satu berita online menyebutkan bahwa saat pasar modal bergerak volatil, jumlah investor di pasar saham Indonesia berdasarkan single investor identification (SID) bertambah 55.932 akun sepanjang kuartal I/2020. Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengungkapkan total single investor identification (SID) saham mencapai 1.160.542 per akhir Maret 2020. Jumlah itu meningkat 55.932 atau 4,82 persen dibandingkan dengan posisi awal 2020. Hasan mengungkapkan penambahan SID saham terbesar terjadi pada Maret 2020. Tercatat, jumlah SID saham bertambah sebanyak 27.783 investor pada periode tersebut. Secara SID total, dia mengungkapkan terjadi peningkatan sebanyak 194.685 investor atau 7,84 persen dari sejak awal 2020. Dengan demikian, SID total saham, reksa dana, dan obligasi sebanyak 2.679.039 per akhir Maret 2020. (Bisnis.com, 2020).
Persepsi publik terhadap penurunan harga saham yang terjadi saat ini adalah kesempatan langka untuk mendapatkan perusahaan bagus dengan harga diskon.(Direktur CSA Institute Aria Santoso) mengatakan persepsi publik terhadap penurunan harga saham yang terjadi saat ini adalah kesempatan langka untuk mendapatkan perusahaan bagus dengan harga diskon. Akibatnya, banyak yang biasanya skeptis dan takut dengan risiko fluktuasi mulai membuka rekening untuk mendapat peluang keuntungan di pasar modal. “Fluktuasi harga yang lebih volatil dibandingkan dengan kondisi normal sehingga sangat menarik bagi para investor jangka pendek dan penurunan harga yang cukup dalam merupakan diskon harga yang dinantikan oleh investor,” Aria meyakini juga bahwa pertumbuhan jumlah investor masih akan berlanjut. Hal itu terjadi khususnya ketika banyak emiten baru yang melakukan pencatatan perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selama penyebaran Covid-19, Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi menjelaskan bahwa kenaikan jumlah investor itu berkat sejumlah langkah yang ditempuh BEI bersama dengan para anggota bursa (AB) dan Manajer Investasi tetap secara intensif melakukan sosialisasi Salah satunya dengan memberikan sosialisasi dan edukasi yang dijalankan oleh BEI kepada masyarakat awam melalui sejumlah saluran komunikasi digunakan mulai dari media massa hingga media sosial. Selain itu, lanjutnya, tren penurunan harga saham-saham unggulan di bursa Indonesia cukup menarik minat. Artinya, hal itu adalah peluang investasi oleh para investor baru yang kemudian membuka rekening efek atau SID di pasar modal Indonesia.
* Penulis adalah ahasiswa Fakultas Psikologi, UIN Ar-Raniry*