Pesta demokrasi yang berlangsung secara serentak pada tanggal 15 Februari 2017 lalu, sudah berjalan sukses dan aman di 7 provinsi, 18 kota dan 76 kabupaten di seluruh Indonesia (news.detik.com 13/02/2017). Aceh merupakan daerah yang paling banyak menyelenggarakan Pilkada kali ini yaitu dengan adanya penyelenggaraan 20 pemilihan di tingkat kabupaten/kota, dari 23 kabupaten/kota yang ada di seluruh Aceh, dan satu pemilihan di tingkat provinsi.Seluruh Partai Politik Nasional (Parnas) yang berjumlah 12, dan 3 Partai Politik Lokal (Parlok) ikut ambil bagian dalam Pilkada Aceh. Diantara seluruh Partai Politik (Parpol) yang ada, Partai Aceh (PA) adalah partai yang tampil sangat hegemonik dan dominan. Adalah fakta, PA menguasai parlemen saat ini, dimana 29 kursi parlemen (35,8%) diisi oleh kader-kader PA. Lebih jauh, di setiap daerah pemilihan, PA mengusung calon sendiri untuk ikut dalam kontestasi pilkada 2017 ini.
Dalam soal pengusungan, PA membangun koalisi strategis dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Koalisi ini terjadi di 15 titik pilkada, plus Pilkada Propinsi. Menariknya, dalam soal koalisi ini, PA tidak membangun koalisi dengan parlok lainnya seperti dengan Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Damai Aceh (PDA). Dalam banyak pencalonan, justru koalisi antar parlok terbangun antara kubu PNA dengan PDA.
Peta diatas sebenarnya memberikan wajah yang lebih optimistik bagi PA. Peluang untuk mengulang kisah sukses pilkada 2012, dimana PA memenangkan suara secara signifikan yaitu 55,78% (serambi,18/4/2012) terlihat lebih besar. Sayangnya, optimisme itu tidak berbuah manis. Justru PA tumbang baik di provinsi maupun di kabupaten/kota. Pasangan yang diusung oleh PA harus rela menepati urutan kedua dengan perolehan suara 31,79% di bawah pasangan irwandi-nova yang meraih suara 37,16%. (pilkada2017.kpu.go.id/hasilt1/aceh.)
Bukan hanya di tingkat provinsi saja, di tingkat kabupaten/Kota pun PA harus puas hanya berhasil mengusung 10 pasangan calon (Paslon) dari 20 titik Pilkada. Sepuluh titik pilkada yang dimenangkan oleh kader PA adalah: Langsa, Aceh Timur, Aceh Utara, Lhokseumawe, Gayo lues, Sabang, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Simeulue. Sementara sepuluh daerah yang mengalami kekalahan adalah: Singkil, Abdya, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Tamiang , Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Banda Aceh (Pleno KIP kabupaten/kota pilkada2017.kpu.go.id). Hasil ini menjadi tamparan keras bagi PA karena hasil yang sangat merosot dibandingkan performa pada saat 10 atau 5 tahun silam.
Kekalahan telak yang dialami PA ini tak terlepas dari beberapa faktor yaitu, pertama adanya perpecahan antar sesama elit atau kader-kader partai, dan kedua rendahnya tingkat elektabilitas pasangan yang diusung. Diantara enam paslon gubernur saja, terdapat empat orang paslon yang berlatar belakang PA yaitu Muzakir Manaf yang sekarang menjabat Ketua Umum PA, lalu Zaini Abdullah yang merupakan Gubernur Incumbent usungan PA dalam Pilkada 2012, ada juga Zakaria Saman (yang populer dikenal dengan Apa karya) yang merupakan salah seorang Tuha Peut atau sosok senior di PA, yang juga merupakan mantan Menteri Pertahanan GAM. Dan terakhir adalah Irwandi Yusuf, mantan juru propaganda GAM. Keempatnya berupaya memenangkan diri sendiri, berbeda dengan dua pilkada sebelumnya. Perpecahan ini oleh banyak pengamat dinilai sebagai faktor utama kekalahan PA dalam pilkada 2017 ini.
Namun kekalahan ini, pada sisi yang lebih progressive bisa dilihat sebagai celah untuk melakukan perubahan di tubuh partai. PA mesti berbenah. Tanpa perubahan signifkan di internal partai, termasuk mempersatukan kembali elit-elitnya, bisa diprediksikan PA akan kehilangan daya tariknya dalam Pemilu Legislatif (Pilleg) 2019 dan Pilkada 2022 nanti, lalu pelan-pelan kehilangan popularitasnya, dan akhirnya ditinggalkan secara total oleh para konstituen. Dalam kacamata demokrasi dan semangat perdamaian Aceh 2005 (Helsinki Accord), kita juga tidak mengharapkan eksistensi parlok sama sekali habis hingga tidak ada satu parlokpun yang ikut dalam kontestasi-kontestasi pemilu di Aceh. Wallaahu ‘alam.
Rahmat Ari Yanda [Mahasiswa Ilmu Politik, FISIP UIN Ar-Raniry, Banda aceh]
Useful writing…