Sehat Mental Di Masa Lockdown

0
153

Oleh : Cut Meiliza Amal Alia

Setiap orang memiliki cara dalam mengisi masa-masa rehat menghadapi pandemi Covid-19. Banyak kegiatan positif yang dapat dilakukan seperti berkumpul dengan keluarga, memperbanyak ibadah, membersihkan rumah, membuat kue, memasak, dan mengerjakan tugas. Bahkan berjualan online juga merupakan salah satu opsi kreatif karena selain menghilangkan rasa bosan juga dapat menghasilkan uang.

Sedikit sharing pengalaman pribadi, selama masa lockdown saya mengisi dengan berbagai kegiatan rumahan seperti gardening di halaman rumah dan membantu ibu baking kue donat selain mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. Semua kegiatan itu memberi energi baru dan tentunya rasa bahagia bisa membantuku meningkatkan kesehatan mental dan sistem imun.

Dalam masa-masa begini kita perlu meningkatkan sistem imun tubuh. Selain dengan menjaga suasana hati, imunitas juga bisa ditingkatkan dengan mengonsumsi vitamin dan menjaga pola hidup sehat, serta meningkatkan ibadah kepada Allah SWT

Menurut Karjuniwati (2020), Selama masa lockdown banyak masalah-masalah psikis yang muncul seperti stres. Stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau suatu perubahan, misalnya karena semakin meningkatnya penyebaran Covid-19.

Selain stress, juga ada rasa cemas. Cemas adalah takut, khawatir, gelisah yang berasal dari antisipasi bahaya yang berasal dari  sumber yang sebagian besar tidak dikenal. Kita khawatir dan gelisah bila kita termasuk ke dalam list pasien Covid-19.

Lalu juga ada rasa panik, yaitu munculnya rasa takut atau gelisah yang berlebihan dan terjadi secara tiba-tiba, misalnya panik saat mendengar berita tentang pasien covid 19. Terakhir, Psikosomatis, yaitu keluhan fisik yang dialami seseorang karena pengaruh psikis, disebabkan karena banyak pikiran, cemas berlebih, ketakutan dan kekhawatiran hingga stres yang berdampak pada gangguan pencernaan, sakit kepala dan sesak napas

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari munculnya masalah psikis? Pertama, kurangi membaca berita yang bukan dari sumber terpercaya; kedua, jaga kesehatan dan kebersihan; ketiga, ikuti arahan dan himbauan pemerintah; keempat, mengubah perspektif dan mindset negatif; kelima, tetap jalin komunikasi dengan keluarga, teman dan kolega; dan keenam, mendekatkan diri kepada Allah melalui memperbanyak doa dan zikir.

Selain itu tumbuhkan rasa bahagia dalam diri, karena kebahagiaan menghasilkan energi positif yang dapat meningkatkan sistem imun dan mampu menghilangkan rasa stres, cemas, panik, dan takut. Akan tetapi jangan hadirkan rasa bahagia yang pura-pura. Wabah covid 19 memang menakutkan, tapi jangan sampai bikin kita panik, cemas, dan ketakutan yang berlebihan.

Pastinya selama di rumah kita akan merasa bosan dengan kegiatan yang monoton. Maka usirlah kebosanan salah satunya dengan olahraga ringan. Stay at home tak berarti tidur-tiduran saja, tetapi juga olah fisik dan tidak mesti olahraga yang rumit. Beberapa kegiatan olah fisik yang fun bisa kita dapatkan di channel youtube.

Saat ini sudah banyak istilah-istilah yang digunakan untuk menghimbau orang-orang agar tetap di rumah, tidak beraktivitas diluar rumah, dan tidak berhubungan dengan orang lain selama masa lockdown. Kita sudah familiar dengan istilah dirumah aja, social distancing, physical distancing, quarantine, dan, isolation. Nah jika menggunakan social distanting seakan-akan kita menghindari sosial dan sama sekali tidak berinteraksi dengan orang lain, maka dari itu istilah physical distancing lebih tepat digunakan karena menurut Dr Maria Kerkhove (2020) seorang ahli epidemiologi WHO setiap orang harus tetap terhubung dengan orang lain. Jadi temukan cara untuk tetap terhubung secara sosial, bisa melalui berbagai media sosial agar tetap terhubung dengan orang lain karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Selama masa karantina, banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan, karena ruang kelas hanya mengajarkan teori tanpa aplikasi. Tantangannya apakah kita bisa mengaplikasikan teori di ruang kelas ke dalam real life? Saya juga mendapatkan pengalaman-pengalaman baru seperti ketika menghadapi adik saya yang hiperkatif. Saya berusaha untuk mengaplikasikan teori yang selama ini saya pelajari untuk menghadapi tingkah lakunya. Faktaya tidak mudah. Saya mengira berbekal teori saja sudah cukup, ternyata tidak. Saya tertantang untuk mengasah kecerdasan lebih dalam lagi. Mari kita manfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk terus belajar dan memperkaya diri.

Demikian tips dan trik yang bisa saya bagi dengan segala keterbatasan sebagai seorang calon psikolog, InshaAllah.

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Semester VI*

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.