Gaduh (Tak) Perlu Perang

0
139

Hampir sepanjang pergantian tahun ada saja polemik yang muncul antara dua negara ini, mulai dari caplok-mencaplok wilayah, klaim budaya, hingga merambah tangkap-menangkap warga. Jika kita mau membalik kitab sejarah kembali, cekcok antara Indonesia dan Malaysia sebenarnya sudah dimulai sejak baru-baru negara ini merdeka. Kala itu, sekitar tahun 1959, Indonesia dan Malaysia sepakat membuat ejaan bersama dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Namun, karena terjadi konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia, ejaan tersebut kemudian tidak diresmikan.

Sejak itu, gaduh antara dua negara ini berlangsung kontinyu. Uniknya, negara-negara lainnya yang juga merupakan kebangsaan Melayu tidak ambil open dengan dua negara ini. Anehnya lagi, dari rumpun Melayu, hanya dua negara ini saja yang suka bergaduh dan berperang.

Berawal dari Klaim

Dilihat muasal kecamuk antara dua bangsa ini, persoalan berawal dari klaim-mengklaim. Hal ini dapat ditinjau pula sepanjang konfrontasi kedua negara tersebut (1962-1966) yang dimulai dari klaim terhadap sebagian wilayah Kalimantan. Kasus klaim-klaiman ini berlanjut hingga pada karya budaya. Indonesia pernah mengaku bahwa lagu kebangsaaan Malaysia merupakan plagiat dari lagu daerah Indonesia. Saling klaim kepemilikan lagu Terang Bulan tersebut tidak jelas hingga sekarang. Apalagi, setelah keluar statemen Remy Silado, seniman Indonesia, bahwa lagu Terang Bulan itu juga diadopsi oleh penciptanya di Indonesia dari lagu bahasa Prancis.

Kecamuk dilematis kepemilikan karya budaya anak bangsa itu perlahan meredub. Akan tetapi, kegaduhan antara Indonesia dan Malaysia belum berakhir. Kedua penduduk di kedua negara saling membuat aksi. Bakar-bakar bendera dan datang-mendatangi kantor kedutaan besar kedua negara oleh warga mulai sering jadi pemberitaan media.

Hal ini tentu saja memancing perang sesungguhnya antara Indonesia dan Malaysia. Namun, perang senjata sesugguhnya masih dapat diredam, meskipun tahun lalu beberapa kapal perang Indonesia sudah siap siaga menyatakan sambut perang di lautan perbatasan dengan Malaysia.

Kegaduhan dua negara ini semakin memuakkan. Setelah puluhan tahun, kini perang kata-kata dan sumpah serapah antara warga kedua negara semakin meningkat. Di internet, sejumlah situs terutama blog-blog pribadi saling menjelekkan dan menjatuhkan antara kedua negara tumbuh bagai cendawan. Bahkan, sekarang saling umpat, saling caki, saling maki, juga mulai dilakoni pejabat besar di kedua negara. Dalam sepekan terakhir, media Tanah Air tak pernah luput memberitakan saling unjuk lidah para petinggi di kedua negara ini. Cacian yang muncul sangat menyentuh wilayah privasi. Tanpa disadari, budaya ketimuran mulai terkikis parah di kedua negara. Bangsa-bangsa barat tentunya bertepuk tangan melihat dua negara jiran ini yang lakunya seperti anak-anak. Ibarat pepatah, Bertengkar sesama kita, orang lain bertepuk dada.

Satu sisi, warga kedua negara tak sepenuhnya dapat disalahkan. Kebijakan para petinggi merekalah yang membuat warga bertindak anarkis. Terkadang hukum yang sudah berlaku di kedua negara sama-sama dirasa berat oleh negara bersangkutan. Misalnya saja, Indonesia selalu mengemis pada Malaysia begitu mendengar ada warga Indonesia yang dihukum di Malaysia. Kendati Indonesia sangat mafhum bahwa hukum Malaysia tidak dapat ditawar bagi pengedar dadah (sabu-sabu), Indonesia tetap meminta keringanan hukuman pada warganya.

Demikian pula gaduh baru-baru ini, juga soal hukum yang berlaku. Seperti diketahui ditangkapnya tiga petugas Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Provinsi Riau oleh polisi laut Malaysia telah menyulut kemarahan warga Indonesia. Sayangnya, emosi rakyat Indonesia dibalas angkuh oleh Malaysia. Lagi-lagi saya katakan, warga menengah ke bawah menyalakkan aksi dengan amarah tidak dapat dipersalahkan sepenuhnya. Mereka melakukan aksi berdasarkan berita yang mereka santap. Artinya, media juga berperan besar dalam menyulut emosi warga kedua negara. Apalagi, media di Indonesia menyebutkan bahwa petugas DKP Riau ditangkap tatkala sedang menjalankan tugas mereka, memantau kapal-kapal Malaysia yang menangkap ikan di lautan Indonesia.

Oleh karena itu, semestinya soalan ini diselesaikan dengan musyawarah antara kedua negara. Bukan memperlihatkan keangkuhan seperti statemen Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman, yang mengeluarkan anjuran (travel advisory) terhadap warganya di Indonesia. Pernyataan tersebut telah memberikan kesan bahwa Malaysia tidak membutuhkan lagi negara jirannya.

Tantangan bagi Indonesia

Apa yang dilakoni oleh Malaysia melalui Menlunya patut diberikan apresiasi. Hal ini juga sekaligus tentangan bagi Indonesia untuk menunjukkan kredibilitasnya, baik dari sisi mandiri maupun menghormati hukum negera luar. Jika Malaysia mampu menghormati hukum yang berlaku di Indonesia tehadap warga Malaysia yang tertangkap di perairan misalnya, mengapa tidak Indonesia menghormati pula hukum Malaysia?

Tantangan yang mesti dipikirkan matang-matang oleh Indonesia saat ini adalah travel advisory Malaysia. Meskipun banyak pendapat di Indonesia yang mengatakan Indonesia mesti membalas travel advisory tersebut, bukan berarti pengambil kebijakan di Indonesia langsung dapat mempercayai usul itu dan membalasnya.

Ada beberapa hal yang mesti dipertimbangkan. Setidaknya, pertama, jika Indonesia tidak membalas travel advisor tersebut, apalagi sampai mengemis maaf pada negeri jiran, harga diri negara Indonesia tidak ada apa-apanya bagi negara luar, terutama Malaysia. Kedua, jika Indonesia membalas peringatan Malaysia itu dengan pernyataan yang sama, pertanyaannya adalah apakah Indonesia sudah siap memulangkan ratusan warga Indonesia dari Malaysia? Tentu saja ini masih pemikiran sederhananya tetapi patut dipertimbangkan. Setidaknya, apakah kedua negara, Indonesia dan Malaysia, sudah yakin tidak saling membutuhkan lagi?

Patut diingat, utuhnya persatuan negara rumpun Melayu dapat dikatakan karena dua negara ini, Indonesia dan Malaysia. Lantas, apakah gaduh yang sedang terjadi ini mesti disambut dengan perang? Petinggi Malaysia dan Indonesia, kita harapkan dapat mempertimbangkan setiap statemen yang akan dikeluarkan maupu yang sudah dikeluarkan.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.