Pada pagi hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun ke dua Hijriyah, kaum muslimin yang berjumlah 313 orang berhadapan dengan pasukan musyrikin quraisy yang berjumlah 1000 orang. Setelah bertempur sekitar dua jam, kaum muslimin berhasil memporak-porandakan pertahan musuh. Kaum quraisy mundur dengan wajah tertunduk karena mengalami kekalahan yang sangat memalukan. Banyak tokoh-tokoh quraisy yang terbunuh dalam peperangan ini. Seperti Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf dan pemuka-pemuka quraisy lainnya.
Setelah peperangan selesai kaum muslimin pulang ke Madinah, penuh kemenagan dengan membawa harta ghanimah (rampasan perang) yang sangat banyak. Kemenangan ini merupakan awal kejayaan Islam dan muqadimah kemerdekaan umat manusia. Muhammad Husen Haikal dalam bukunya Sejarah Hidup Muhammad menulis:
Inilah perang Badr, yang kemudian telah memberikan tempat yang stabil kepada umat Islam di seluruh tanah Arab, dan yang merupakan suatu pendahuluan lahirnya persatuan seluruh semenanjung di bawah naungan Islam, juga sebagai suatu pendahuluan adanya persemakmuran Islam yang terbentang luas sekali. Ia telah menanamkan sebuah peradaban besar di dunia, yang sampai sekarang masih dan akan terus mempunyai pengaruh yang dalam di dalam jantung kehidupan dunia.
Pembebasan Mekkah (fath al-makkah) yang merupakan tindak lanjut kemerdekaan yang pernah diraih dalam perang Badar, juga terjadi pada bulan Ramadhan, tepatnya pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke 8 H.
Setelah sukses mendapatkan kemenangan dalam perang Badar Rasulullah. Saw bersabda kita telah kembali dari jihad sughra (perang kecil) menuju jihad qubra (perang besar). Para sahabat heran dan bertanya, apakah perang yang lebih besar itu ya Rasulullah?. Beliau bersabda: Perang yang paling besar adalah melawan hawa nafsu.
Manusia yang mampu mengendalikan nafsunya adalah orang merdeka yang sangat beruntung. Sebaliknya orang yang dikuasai oleh nafsunya adalah orang bangkrut yang celaka sebagaimana kata Abu Bakar as-Siddiq, Ra. beruntunglah orang yang akalnya jadi raja dan nafsunya terpenjara. Celakalah orang yang nafsunya jadi raja dan akalnya terpenjara. Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya wajib berpuasa untuk memerangi hawa nafsu sebagai sarana menuju kemerdekaan jiwa.
Jutaan jiwa mendapatkan remisi dari Allah dalam bulan Ramadhan dengan dimerdekakan dari api nereka. Dalam sebuah hadis dari Abi Huarairah yang diriwayatkan Ibnu SharShari dalam kitab Amali disebutkan pada malam pertama bulan Ramadhan Allah memerdekan satu juta jiwa dari api neraka. Kemudia pada setiap jam hari Jumat dalam bulan Ramadhan Allah memerdekakan satu juta jiwa. Dan pada malam terkhir bulan Ramadhan Allah memerdekakan jiwa sejumlah yang telah dimerdekakan sebelumnya. Jadi jumlah orang yang dapat remesi dalam setiap Ramadhan adalah sekitar 10.00.000 + 96.000.000 (satu juta dikali dua puluh empat jam pada hari jumat dikali empat kali jumat) + 97.000.000 = 194.000.000 jiwa. Yang unik dan sangat menarik, ternyata orang mendapatkan kemerdekaan itu tidak termasuk para Rasul, Ambiya, Aulia, Ulama dan orang-orang saleh lainnya. karena logikanya yang dapat remisi adalah orang yang dalam penjara. Orang bebas di luar perjara tentu tidak perlu remisi kerena memang mereka tidak dipenjara. Demikian pula orang saleh yang bersih dari dosa tidak perlu pembebasan dari api nereka, karena memang mereka tiada jatah masuk neraka. Yang dapat pembebasan adalah para pendosa yang membeli tiket neraka dengan maksiatnya. Keadaan seperti ini memberi luang yang lebih besar bagi kita untuk termasuk dalam golongan orang yang dimerdekakan dari api neraka dalam bulan Ramadhan. Karena kita hanya bersaing dengan sesama pendosa. Tugas kita hanya menjaga diri jangan sampai tergolong dalam golongan yang terjahat dari yang jahat, atau berupaya menjadi yang terbaik dari yang buruk.
Momen seperti ini sangat penting untuk kita yang hidup di penghujung zaman yang penuh dengan ranjau-ranjau di jalan menuju surga. Sementara jalan menuju neraka terhias sangat indah, sehingga golongan yang masuk surga di akhir zaman jumlahnya sangat sedikit. Malah ada satu riwayat yang menyatakan di akhir zaman, yang masuk surga adalah satu banding empat juta. Riwayat ini, walau sanadnya tidak dapat dipertanggung jawabakan, tapi pantas untuk kita jadikan bahan renungan untuk memotivasi jiwa meningkatkan ketaqwaan kita, bukan untuk berputus asa. Andai saja riwayat ini benar, di Aceh hanya satu orang yang berhak masuk surga. Siapkah kita bersaing dengan empat juta orang untuk menjadi orang nomor satu diantara mereka?. Riwayat ini juga senada dengan apa yang sering disampaikan oleh penceramah kita jumlah ureung tamong surga, lagee bulee puteh bak lumo itam. Jumlah ureng tamong neraka lagee bulee itam bak lumo itam.
Sepertiga yang terakhir dari bulan Ramadhan adalah waktu kusus yang disediakan oleh Allah untuk hamba-hambanya yang ingin merdeka dari api neraka. Dalam sebuah hadis Rasulullah. Saw bersabda Bulan Ramadhan permulaannya adalah rahmat, pertengahannya merupakan ampunan (maghfirah) dan akhirnya adalah dijauhkan/ kebebasan dari api neraka (HR. Ibnu Khuzaimah). Karena kemerdekaan dari neraka itu lebih khusus pada sepuluh terakhir Rasulullah. Saw meningkatkan ibadah secara segnifikan pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah berkata “Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw. mengencangkan kainnya, menjauhkan diri dari menggauli istrinya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.”
Bulan Ramadhan tahun ini kita memperingati HUT-RI ke 65. Dengan memperingati kemerdeaan Negara, semoga semangat mencari kemerdekaan dari api neraka untuk diri kita dan keluarga kita semakin meningkat. Mengingat kemerdeaan dari api neraka adalah kemerdekaan yang hakiki. Semoga dengan bulan yang penuh kemerdekaan ini kita dan keluarga kita selamat dan merdeka dari api neraka dan mendapatkan kemerdekaan lahir dan batin.
Sekarang Ramadhan sudah akan berpisah dengan kita. Ia akan pergi meninggalkan kenangan yang manis bagi orang yang memuliakannya dan meninggalkan kenangan pahit bagi mereka yang menyia-nyiakannya. Tahun depan tiada jaminan kita akan berjumpa lagi dengan Ramadhan. Andai ia masih ada siapa tau malaikat maut menjemput ruh kita sebelum ia tiba di tahun depan. Maka sangat penting kita berupaya meraih kemerdeaan dari api neraka selagi kesempatan masih ada. Memang sedikit orang masuk surga dengan amalannya, tapi Allah maha pengampun dan maha penyanyang. Kasih sayang Allah kepada hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Dengan karunia dan kemurahan Allah semoga kita termasuk dalam golongan yang diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan dalam surga. Amin Ya Rabbal Alamin.