Kriteria Pemimpin Aceh

0
148

Meski analisa tersebut terkesan prematur, namun apa yang ditulis Aryos tentu saja berdasarkan aura dan syahwat politik masing-masing pihak yang hari ini yang sudah bisa dilacak. Informasi dan analisa seperti ini sangat penting dilemparkan kepada publik, agar masyarakat sedini mungkin mengenal calon pemimpin mereka. Meski pada tataran discourse analisis saya punya telaan analisa yang berbeda dengan Aryos terkait konstalasi politik yang mungkin terjadi pada 2011 mendatang.

Saya melihat, pemimpin saat ini yang dipilih rakyat karena euforia GAM masa lalu tidak akan mendapatkan lagi dukungan secara signifikan pada 2011 nanti. Sebab, rakyat Aceh dalam sejarahnya selalu menggilirkan kepercayaan dan hasrat politik mereka. Apalagi faktanya, beberapa kabupaten yang dipimpin kelompok ini dinilai gagal dalam memajukan daerahnya. Kaum nasionalis keindonesiaan yang diwakili Golkar pernah berjaya di Aceh. Begitu juga PPP yang pernah mendapatkan mendapatkan tempat dalam hati rakyat Aceh. Rakyat Aceh juga sudah memberikan kepercayaannya kepada Partai nasionalis religious, Demokrat.

Sebab itu, saya melihat 2011 akan terjadi perubahan konstalasi politik di Aceh. Sebelum era Irwandi- Nazar, pucuk kepemimpinan di Aceh dipegang secara bergilir oleh tokoh-tokoh dari partai Nasional. Dalam periode kepemimpinan tersebut, rakyat Aceh faktanya terus menerus berada dalam kubangan ketertinggalan dari semua aspek sisi kemajuan, keadilan dan kesejahteraan. Jumlah pendudukan miskin dengan angka yang sangat fantastis, mutu pendidikan yang sangat terbelakang, pembangunan fisik yang sangak ketinggalan, kebebasan politik yang terkekang, tingkat kesejahteraan yang dibawah rata-rata secara nasional, itulah gambaran singkat kepapaan rakyat Aceh masa lalu dibawah rezim partai Nasional.

Maka atas dasar ini, kita menyakini bahwa penguasa saat ini yang diyakini semua kalangan telah gagal (meski tidak kita katakan GATAL alias gagal total) membawa rakyat Aceh ke gerbang pintu kesejahteraan tidak akan lagi menjadi pilihan mayoritas rakyat pada pilkadasung 2012 nanti. Kemudian mari kita melihat ke partai Nasional, sepertinya Parnas tidak akan lagi menjadi kekuatan dominan di Aceh, apalagi dengan realita sekarang Partai Demokrat yang menjadi pemenang kedua pemilu legislatif dan eksekutif tahun yang lalu kini mengalami krisis kepercayaan publik dan pesonanya pun telah redup pasca kasus Century dan berbagai kasus lainnya. Mengenai peluang Golkar, saya kira partai ini tidak akan lagi menjadi penguasa dominan di Aceh mengingat sejarah suram rakyat Aceh bersama mereka sejak beberapa dasawarsa yang lalu hingga kini, penuh dengan warna pragmatisme.

Selain tokoh-tokoh yang disebutkan Aryos, saya masih yakin beberapa tokoh atau kekuatan terselubung yang selama ini belum diperhitungkan akan muncul dan membesar beberapa waktu ke depan. Misalnya, saya melihat kekuatan-kekuatan NGO atau LSM akan muncul menjelang Pilgub tahun depan yang bisa jadi akan memilih stok lain selain Otto Syamsuddin Ishak. Misalnya Teuku Kamaruzzaman mantan sekretaris BRR itu yang juga sudah mengisyaratkan akan berpartisipasi jika peluang itu terbuka. Begitu juga kekuatan-kekuatan Parpol menengah seperti PKS yang saya yakini masih akan mempercayakan kader terbaiknya Nasir Djamil untuk menuju Aceh 1. Khusus untuk partai ini, kita memang sulit menebak, sebab situasi internal mereka dirasa sangat kondusif, namun mereka bekerja sacara pasti dan all out. Hal ini terbaca misalnya saat mereka mengadakan pemilihan untuk memilih struktur pengurus baru, tidak ada kampanye-kampanye, saling sikut dan perang media sebagaimana halnya parpol-parpol lain. Jadi, potensi Nasir Djamil meramaikan bursa pilgub 2011 sangat besar.

Selain itu, melihat geliat dan aksi bawah tanah yang tercium, saya melihat kekuatan-kekuatan dari kelompok agamawan dan kaum santri juga akan ikut meramaikan pilgub 2011. Kekuatan mereka saat ini memang belum terbaca, sebab belum ada deklerasi maupun pernyataan resmi atau resmi dari tokoh-tokoh mereka. Mungkin karena doktrin agama yang mereka terima bahwa jabatan itu bukan dicari, namun diberikan. Bahwa jabatan itu bukan suatu kebanggaan(tafrih), melainkan pemberatan akan tanggung jawab (taklif). Bahkan, kaum agamawan ini merupakan satu-satunya kelompok yang belum tampil sebagai pemegang kendali Aceh di era kontemporer. Sementara itu, tokoh-tokoh lain seperti Tarmizi A Karim yang dinilai sukses sebagai Pjs Gubernur Kaltim beberapa waktu lalu diyakin juga akan ikut telibat. Tokoh-tokoh ini mungkin akan mendapat dukungan dari partai menengah(parpol Islam). Jika peluang menuju Aceh 1 pada 2011 dibuka lewat jalur independen, bahkan saya yakin Tarmizi A Karim pasti akan ikut serta.

Kriteria Pemimpin Aceh

Namun dibalik semua itu, ada satu kecemasan dan kegelisahan saya selama ini. Kita paham bahwa jabatan dalam Islam adalah sesuatu yang berat, bukan posisi yang harus dikejar apalagi jika harus mengiba dan mengemis kepada rakyat atau memaksa agar memberikannya jabatan. Fakta yang terjadi, idelisme Islam ini menjadi hal yang sulit kita jumpai dipraktekkan oleh para pemimpin di zaman ini. Sangat sulit mencari pemimpin yang jabatannya diperoleh bukan lewat jalur meminta-minta dengan berbagai bentuknya. Memang jabatan adalah sesuatu yang sangat menggiurkan setiap manusia. Karena disitu terdapat kamasyhuran, ketenaran, kehormatan dan kemapanan sosial ekonomi. Karena itu wajarlah ketika Rasulullah saw menyebutkan bahwa tidaklah dua ekor srigala lapar yang dilepas kepada kerumunan kambing lebih merusak agama daripada ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan. (HR. Tirmidzi).

Dan tidak jarang ambisi seseorang terhadap jabatan menutupi akal sehatnya bahkan meredupkan keimanannya kepada Allah swt. Banyak mengajar jabatan dengan cara-cara yang diharamkan agama, seperti suap, menzhalimi kompetitornya, membohongi rakyatnya atau yang lainnya. Sangat mungkin mereka yang melakukannya mengetahui betul bahwa itu semua diharamkan dan dilarang oleh agama.

Jabatan adalah amanah yang kebanyakan orang tidak mampu menunaikannya dengan baik kecuali orang-orang dirahmati dan dibantu oleh Allah swt. Karena itu islam mengharuskan mereka yang menduduki jabatan (kekuasaan) adalah orang-orang yang mampu dan kuat terhadap berbagai bujuk rayu setan yang mengajaknya menyalahi janji jabatannya dan menyimpang darinya. Rasulullah saw tidak memberikan jabatan kepada orang-orang yang memintanya karena itu adalah tanda ambisiusnya, yang kebanyakan nafsunya melebihi kemampuannya sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah bahwa Nabi saw bersabda,Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta imarah (jabatan, kepemimpinan). Sesungguhnya jika engkau diberikannya karena memintanya maka engkau tidak akan dibantu. (HR. Bukhari). Al Hafizh Ibnu hajar mengatakan bahwa makna dari hadits tersebut adalah siapa yang meminta jabatan dan diberikan kepadanya maka dia tidak akan dibantu dikarenakan ambisinya. Artinya, bahwa meminta apa-apa yang berkaitan dengan hukum adalah makruh, termasuk didalam imarah adalah hakim, pengawas dan lainnya. Maka, siapa yang berambisi dengan hal itu niscaya tidak akan dibantu.

Sebagai umat Islam, tentu saja kita harus melihat segala sesuatu berdasarkan perspektif Islam (Alquran dan Hadist). Tidak ada pemisahan antara agama dan dunia. Orang-orang yang akan selamat dunia dan akhirat adalah meraka yang senantiasa berpegang teguh kepada Alquran dan Hadist. Pemimpin rakyat Aceh 2011 bukanlah mereka yang meminta dipilih, bukanlah mereka yang mengejar jabatan. Pemimpin rakyat Aceh 2011 adalah mereka yang memiliki karakteristik atau Sifat-sifat Rasulullah.

Misalnya, Pertama, Shiddiq atau berperilaku benar, baik dalam keyakinannya maupun dalam kata-katanya, dan benar dalam tindakannya. Satu kata dan perbuatan. Benar dalam ibadahnya, dalam kebijaksananya, dan pada keberpihakannya pada kebaikan. Kedua, Tabligh (aspiratif). Menyampaikan suatu tanpa menyembunyikan kepada rakyatnya untuk tujuan kebaikan dan kemajuan bangsanya. Tanggungjawab sebagai pemimpin merupakan suatu kepercayaan dan wewenang yang diberikan untuk memperbaiki kehidupan orang yang dipimpinnya. Artinya, ketika seseorang menjadi seorang pemimpin, benar-benar memiliki kesempatan penuh untuk menyejahtreakan kehidupan rakyat banyak. Islam mengajarkan, bahwa manusia yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia yang lain.

Ketiga, Amanah(dapat dipercaya). Seorang pemimpin yang baik tidak akan berkhianat dalam menjalankan amanah rakyat yang telah memberikannya jabatan. Pemimpin itu dikatakan amanah bila ia tidak menyalahgunakan wewenangnya dan jabatannya untuk kepentingan duniawi yang sempit. Aspek masuliyat (pertanggungjawaban) suatu keniscayaan dan unsur paling esensi dalam kepemimpinan. Wajar jika jabatan itu dapat menghantarkan seseorang pada derajat yang paling tinggi, atau sebaliknya menjerumuskannya pada jurang kehinaan. Rasulullah saw bersabda: Bahwa jabatan itu amanah, dan ia di hari Kiamat akan menjadi kerugian dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang haq, serta menunaikan kewajiban yang terpikul di atas pundaknya. (HR. Muslim). Keempat, Fathanah (cerdas). Cerdas di sini baik spiritual maupun intelektual. Juga cerdas secara emosional dan sosial. Apalagi dalam dunia yang krisis mengglobal saat ini serta setumpuk permasalahan yang belum terselesaikan, maka seorang anggota pemimpin harus memilki kecerdasan dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat yang diwakilinya dengan konsep Islam.

Sifat Rasulullah ini harus melekat erat pada diri pemimpin Aceh nanti. Baik tidaknya pemimpin Aceh dimasa depan adalah tergantung bagaimana rakyat Aceh sendiri. Mengutip kata-kata Imam Malik, bahwa Manusia itu akan mengikuti agama dan sifat pemimpin mereka. Mau kemana akan kita bawa Aceh ke depan adalah tergantung siapa pemimpin Aceh. Wallahu alam bishshsawab.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.